My Pages

12/18/2018

Hantu Hutan - Prolog


Hari itu, aku tengah berjalan di tempat yang gelap, benar-benar gelap. Indera penglihatanku tidak berfungsi sebagaimana mestinya, hanya ada kegelapan semata. Di saat aku mencoba untuk memindahkan jari-jemariku untuk mencoba menemukan objek asing sebagai tumpuan gelapnya pemandangan, tidak ada yang bisa kutemukan. Namun demikian, aku masih bisa menggunakan indera pendengaranku.

“Sulit sekali bergerak di ruangan seperti ini,” ucapku dalam hati.

Masih dengan permasalahan yang sama, aku masih berupaya mencari benda yang bisa kujadikan sandaran dalam pergerakanku yang kaku. Di sisi lain, tak ada pun suara yang terdengar, kecuali langkahku seorang. Aku heran, kemanakah semua orang pergi?


“Halo...?” Suaraku pelan, ragu akan bahaya karena ketidakberdayaan.
“Hai…”
“Apakah ada orang yang bisa mendengarku?” Suaraku mulai cukup keras.

Lalu aku mulai berpikir, dimanakah aku sebenarnya? Tak banyak yang bisa kuingat. Ingatan yang paling kuingat terakhir kali adalah ketika kedua orangtuaku menyuruhku pergi. Entah apa alasannya, tapi itu bukanlah hal yang penting saat ini. Hal terbaik yang harus kulakukan sekarang adalah untuk mencari tempat yang lebih baik, tempat yang setidaknya memiliki sumber cahaya.

“Baiklah, sepertinya memang tidak ada orang di sekitar sini.”

Aku terus melangkahkan kaki, menjelajahi tempat yang sekiranya membuatku mendapatkan perkembangan dalam pencarian tanpa tujuan yang pasti. Karena tempat ini benar-benar tidak bercahaya sedikitpun, aku hanya bisa maju. Kupikir ini lebih baik daripada bergerak tanpa pergerakan yang pasti.

Setelah beberapa lama menyusuri kegelapan, aku menemukan secercah cahaya di depan sana. Titik cahaya itu memang tidaklah jelas, namun memastikan kenyataan bahwa cahaya itu ada merupakan langkah awal yang harus kutempuh.

“Kuharap ada orang yang bisa membantuku disana, atau, mungkin saja itu adalah lubang pintu untuk keluar dari tempat ini” ungkapku meyakinkan diri.

Segera aku tergerak untuk mencapai titik cahaya itu. Semakin dekat jarak yang bisa kuambil, sumber cahaya itu semakin jelas. Sekumpulan cahaya remang-remangpun dapat kulihat. Siluet daun pintu juga mulai terbentuk di pikiranku. Bentuknya semakin nyata. Dan beberapa langkah lagi, aku bisa meraih kebebasan. Kebebasan? Ah... rupanya begitu, maksudku adalah kebebasan dari paralel kegelapan ini. Setidaknya, itulah yang terpikir olehku.

No comments:

Post a Comment

Something or anything can just be added below if there's any question.

Ads Inside Post